7 MITOS PENGENDALIAN TEMBAKAU
Tembakau Merupakan Tanaman Khas dan Budaya Indonesia
Tembakau merupakan tanaman tropis, namun
bukan dati Indonesia melainkan dari Amerika Latin. Cournelis de Hotman membuat
perkebunan tembakau di Banten tahun 1596. Dahulu kebiasan merokok memang sudah
ada namun menggunakan kulit jagung yang dicampur oleh kemenyan bukan tembakau.
Kebiasaan merokok dengan tembakau baru marak di akhir abad 19. Jadi jelas
tembakau bukan tanaman khas Indosesia dan Merokok bukan warisan leluhur kita.
Merokok = Hak Individu
Hak individu tidak berarti sendiri,
apalagi menghilangkan hak orang banyak yang universal, misalnya hak hidup dan
hak atas udara yang sehat. Pengendalian tembakau berusaha untuk memperjuangkan
hak tiap orang untuk menghirup udara sehat dan bersih bukan menghapus hak
individu untuk merokok.
Ekonomi Hancur Jika Pengendalian
Tembakau Diterapkan
Dalam peta pertembakauan dunia,
Indonesia bukanlah pemain tembakau. Tahun 2007 kita hanya menghasilkan 165.000
ton atau hanya 3% produksi dunia. Produksi tembakau dikuasi China, Brazil,
India dan Amerika Serikat. Dari sisi devisa, posisi tembakau menempati yang
paling rendah dibanding komoditas peranaian lainnya. Industri rokok membutuhkan
kurang lebih 240.0000 ton tembakau padahal petani Indonesia hanya menghasilkan
80.000 ton, sehingga industry menimpor
dari Negara lain.
Publik Tidak Perlu Pengaturan
Sepintas ini terlihat normal, karena
biarlah pasar yang menentukan mereka membutuhkan rokok atau tidak. Normal bila
produk ini tidak memiliki keburukan bagi orang banyak. Pada saat Indonesia
tidak meratifikasi konvensi FCTC tahun 2003, perusahaan rokok asing berinvestasi besar-besaran di
Indonesia karena mengetahui arah bangasa Indonesia terhadap tembakau dan ini
berdampak buruk terhadap kesahatan masyarakat Indonesia.
Media Akan Rugi Bila Rokok Dikendalikan
Rokok bukanlah satu-satunya penyumbang
terbesar iklan di media. Terbesar adalah iklan komunikasi dan iklan otomotif.
Jadi bila perokok dikendalikan tidak akan mengurangi pemasukan media dari
iklan.
Dunia Pendidikan, Olahraga dan Seni
Budaya Tergantung Industri Rokok
Tidak ada pembuktian mengenai hal ini.
Pala AFF di Jakarta tahun 2010 berjalan meriah tanpa seponsor rokok. Banyak
perusahaan yang siap menggantikan perusahaan rokok dalam memberikan sponsorship. Dan dilarangnya rokok dalam
sponsorship boleh jadi mengingatkan pemerintah dalam menjalankan kewajibannya
memajukan dunia.
Pengendalian Rokok Ditunggangi Pihak
Asing
FCTC diasungkanoleh negara berkembang dan
ditolak keras oleh negara yang memiliki perusahaan rokok besar seperti Amerika
Serikat, Jepang dan Inggris. Dengan tidak menandatangani FCTC, Indonesia
(regulasi di Indonesia) terhadap masalah tembakau tidak terlihat jelas, dan itu
yang membawa indusri rokok dunia.
Sumber
: A Giant Pack Of Lies, Bongkah Raksaksa Kebohongan, Menyorot Kedigdayaan
Industri Rokok di Indonesia Mardiyah Chamin, Wahyu Dhymitika, Farid Gaban,dkk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar