CARA MENGUKUR
KEDALAMAN LAUT DAN JARAK PESAWAT DARI BUMI DENGAN KONSEP GELOMBANG
KEDALAMAN LAUT DAN JARAK PESAWAT DARI BUMI DENGAN KONSEP GELOMBANG
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah
Satu Bidang Studi Fisika Semester Ganjil
Pelajaran 2011-2012
Disusun Oleh Kelompok :
Devi Andiana
Fajar Zuriah
Ihda Asaroh
Rismawati
Kelas : XII IPA 1
Madrasah
Aliyah Negeri 15 Jakarta
Jl. Inayah Kelapa Dua Wetan, Jakarta Timur
Telp : (021) 8707688
Juli 2011
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah
SWT. Karena atas kehendak-Nyalah makalah ini dapat terselesaikan. Adapun tujuan
peneliti dalam penulisan
makalah ini adalah CARA MENGUKUR KEDALAMAN LAUT.
Dalam menyusun makalah ini, peneliti menghadapi berbagai cobaan.
Namun, berkat usaha dan jerih payah penyusun serta bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak maka peneliti dapat menyelesaikan makalah ini. Untuk itu, peneliti menyampaikan
terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
(1) Dra. Hj. Aty Sholehati, Kepala Madrasah Aliyah
Negeri 15 Jakarta
(2) Intan Irawati, M.Si., guru pembimbing
metodologi yang membantu pembuatan
makalah ini.
(3) Dra. Nuroziah dan Triyono Priharto, S.Pd. ; wali kelas
XII IPA 1.
Peneliti menyadari makalah ini masih banyak kekurangan. Untuk itu, peneliti mengharapkan
saran, kritik, dan sumbangan pikiran dari pembaca demi perbaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca, guna peningkatan pembelajaran Fisika khususnya penulisan-penulisan
makalah ini di Madrasah Aliyah di Indonesia.
Peneliti
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang Masalah
Sistem deteksi suara dalam air kemudian
dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kepentingan navigasi kapal selam selama
perang dunia pertama berlangsung, khususnya setelah kejadian tenggelamnya kapal
Titanic pada tahun 1912. Hal itu terjadi berkat penemuan alat hydrophone oleh
seorang ahli fisika Perancis, Paul Langevin. Alat ini juga memanfaatkan
pantulan gelombang ultrasonik.
Penemuan radar (radio detection and ranging)
pada tahun 1953 oleh Robert Watson-Watt juga menerapkan sistem kerja gelombang
ultrasonik. Seperti sonar, alat inipun menjadi inspirasi digunakannya
ultrasonik dalam bidang obstetri ginekologi kelak. Hanya pemanfaatannya saat
itu lebih banyak digunakan untuk kepentingan pelacakan kapal musuh di udara.
Perkembangan pemakaian ultrasonik di bidang obstetri ginekologi berikutnya juga
tak lepas dari peranan penemuan Sonar merupakan sistem yang menggunakan
gelombang suara bawah air yang dipancarkan dan dipantulkan untuk mendeteksi dan
menetapkan lokasi obyek di bawah laut atau untuk mengukur jarak bawah laut.
Sejauh ini sonar telah luas digunakan untuk mendeteksi kapal selam dan
mendeteksi kedalaman, penangkapan ikan komersial, keselamatan penyelaman, dan
komunikasidi laut.
Cara kerja perlengkapan sonar adalah dengan
mengirim gelombang suara ke bawah permukaan dan kemudian menunggu untuk
gelombang pantulan (echo). Data suara dipancar ulang keoperator melalui
pengeras suara atau ditayangkan pada monitor.
Berdasarkan
latar belakang di atas, kami ingin
mengetahui untuk meneliti lebih dalam tentang mengukur kedalaman laut dan jarak pesawat terhadap
bumi dengan konsep gelombang.
1.2. Tujuan
Penulisan
makalah ini dilakukan untuk memenuhi tujuan-tujuan yang
diharapkan
dapat bermanfaat bagi kita semua dalam menambah ilmu pengetahuan dan wawasan.
Secara
terperinci tujuan dari penelitian dan penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui
cara mengukur kedalaman laut dan
jarak pesawat terhadap bumi dengan konsep gelombang.
2. Mengetahui
sejarah mengukur kedalaman laut dan
jarak pesawat terhadap bumi dengan konsep gelombang.
1.3. Perumusan
Masalah Mengukur Kedalaman Laut dan Jarak
Dengan melihat latar belakang yang telah
dikemukakan maka beberapa masalah
yang dapat
penyusun rumuskan dan akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana
cara mengukur kedalaman laut
?
2. Bagaimana
cara mengukur kedalaman laut dengan
pesawat ?
1.4. Pembatasan
Masalah
Karena keterbatasan waktu, kelompok kami membatasi
masalah cara mengukur kedalaman laut dan jarak pesawat terhadap bumi dengan
konsep gelombang.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah
Mengukur Jarak Pesawat dari Bumi
Pertama kali diteliti pada 1951 oleh kapal Angkatan Laut Britania,
Challenger II, yang memberikan nama titik terdalam dari palung tersebut
Challenger Deep. Challenger Deep mendapat namanya dari survei Inggris dengan
kapal Challenger II, yang meneliti titik kedalaman laut dari Kepulauan Mariana
pada tahun 1951. Kemudian pada tahun 1960, Angkatan Laut Amerika Serikat
mengirim Trieste (sebuah kapal selam mini yang dirancang untuk penyelaman laut
dalam) turun ke ke dalam palung Mariana untuk melihat seberapa jauh mereka
dapat turun. Mereka turun 35.838 kaki/10, 923m.
Pada
tahun 1962, kapal MV permukaan Spencer F. Baird mencatat kedalaman maksimum
10.915 meter (35.840 kaki), dengan menggunakan alat pengukur kedalaman presisi.
Pada
tahun 1984, Jepang mengirim TakuyÅ, kapal survei yang sangat khusus, ke Palung
Mariana dan mengumpulkan data menggunakan multi-beam echo sounder, mereka
melaporkan kedalaman maksimum 10.924 meter, juga dilaporkan mecapai 10.920
meter ± 10 meter.
Pengukuran
yang paling akurat dalam catatan ini diambil oleh probe Jepang, KaikA yang turun tanpa awak ke dasar
parit pada 24 Maret 1995 dan mencatat kedalaman 10.911 meter (35.798 kaki).
Pada
tahun 2003, sebuah tempat itu ditemukan di sepanjang Palung Mariana, kedalaman
yang berada sekitar Challenger Deep, bahkan mungkin lebih dalam. Hal ini
ditemukan ketika para ilmuwan dari Hawaii Institute of Geofisika dan
Planetology sedang menyelesaikan survei di Guam mereka menggunakan sistem
pemetaan sonar ditarik di belakang kapal penelitian untuk melakukan survei.
Tempat baru ini bernama HMRG (Hawaii Mapping Research Group) Deep, setelah
kelompok ilmuwan yang menemukannya.
2.2. Cara Mengukur Kedalaman Laut
Ada
dua cara yang dapat ditempuh untuk mengukur kedalaman laut yaitu dengan
menggunakan teknik bandul timah hitam (dradloading) dan teknik Gema duga atau
Echo Sounder atau Echoloading.
a. Teknik
Bandul Timah Hitam (dradloading)
Teknik
ini ditempuh dengan menggunakan tali panjang yang ujungnya diikat dengan bandul
timah sebagai pemberat. Dari sebuah kapal tali diturunkan hingga bandul
menyentuh dasar laut. Selanjutnya panjang tali diukur dan itulah kedalaman
laut. Cara ini sebenarnya tidak begitu tepat karena tali tidak bisa tegak lurus
akibat pengaruh arus laut. Di samping itu kadang-kadang bandul tidak sampai ke
dasar laut karena tersangkut karang. Cara ini juga memerlukan waktu lama. Namun
demikian cara ini memiliki kelebihan yaitu dapat mengetahui jenis batuan di
dasar laut, suhu dan juga mengetahui apakah di dasar laut masih terdapat
organisme yang bisa hidup.
b. Gema
duga atau Echo Sounder atau Echoloading
Cara ini
dianggap lebih praktis, cepat dan akurat. Namun kita tidak dapat memperoleh
informasi tentang suhu, jenis batuan dan tanda-tanda kehidupan di dasar laut.
Batu Duga Echo Sounder
2.3. Cara
Mengukur Kedalaman Laut dan Jarak Pesawat dengan Konsep Gelombang
A. METODE
PENGUKURAN JARAK PESAWAT TERBANG
TERHADAP BANDARA DENGAN BANTUAN
STASIUN BUMI (D.M.E) DI BANDARA HALIM PERDANAKUSUMA
Abstraksi
Bayangkanlah sebuah pesawat ruang angkasa --sebutlah namanya X--meluncur
laju menjauhi bumi dengan kecepatan 100.000 kilometer per detik. Kecepatan
diukur oleh pengamat, baik yang berada di pesawat ruang angkasa X maupun di
bumi, dan pengukuran mereka bersamaan. Sementara itu, sebuah pesawat ruang
angkasa lain yang bernama Y meluncur laju pada arah yang sama dengan pesawat
ruang angkasa X tetapi dengan kecepatan yang berlebih. Apabila pengamat di bumi
mengukur kecepatan pesawat ruang angkasa Y, mereka mengetahui bahwa pesawat itu
melaju menjauhi bumi pada kecepatan 180.000 kilometer per detik. Pengamat di
atas pesawat ruang angkasa Y akan berkesimpulan serupa.
Nah, karena
kedua pesawat ruang angkasa itu melaju pada arah yang bersamaan, akan tampak
bahwa beda kecepatan antara kedua pesawat itu 80.000 kilometer per detik dan
pesawat yang lebih cepat tak bisa tidak akan bergerak menjauhi pesawat yang
lebih lambat pada kadar kecepatan ini.
Tetapi, teori
Einstein memperhitungkan, jika pengamatan dilakukan dari kedua pesawat ruang
angkasa, mereka akan bersepakat bahwa jarak antara keduanya bertambah pada
tingkat ukuran 100.000 kilometer per detik, bukannya 80.000 kilometer per
detik.
B. PERANCANGAN PERANGKAT KERAS
UNTUK MENGUKUR KEDALAMAN DAN KARAKTERISTIK DASAR LAUT
DENGAN MENGGUNAKAN GELOMBANG ULTRASONIK
Data
kedalaman laut dan jenis material yang membentuk dasar laut sangat diperlukan
dalam eksplorasi laut. Agar dapat ditampilkan dalam bentuk grafis oleh komputer,
data-data tersebut harus disediakan dalam bentuk digital.
Untuk itu perlu dibuat suatu perangkat yang mampu menyediakan kedua data tersebut. Sebagai langkah awal, dibuatlah suatu perangkat keras yang dapat mengirimkan gelombang ultrasonik ke dalam laut, kemudian menerima kembali gelombang ultrasonik yang dipantulkan oleh dasar laut. Kedalaman laut bisa diketahui dari data selang waktu antara pengiriman dan penerimaan gelombang ultrasonik oleh transduser. Sedangkan karakteristik dasar laut ditentukan dari data amplituda gelombang pantulnya. Semakin besar impedansi bahan semakin besar pula amplituda dari gelombang ultrasonik yang dipantulkan.
Untuk itu perlu dibuat suatu perangkat yang mampu menyediakan kedua data tersebut. Sebagai langkah awal, dibuatlah suatu perangkat keras yang dapat mengirimkan gelombang ultrasonik ke dalam laut, kemudian menerima kembali gelombang ultrasonik yang dipantulkan oleh dasar laut. Kedalaman laut bisa diketahui dari data selang waktu antara pengiriman dan penerimaan gelombang ultrasonik oleh transduser. Sedangkan karakteristik dasar laut ditentukan dari data amplituda gelombang pantulnya. Semakin besar impedansi bahan semakin besar pula amplituda dari gelombang ultrasonik yang dipantulkan.
Sebagai
pengontrol kerja perangkat dan penghitung waktu tempuh digunakan mikrokontroler
keluarga 8051. Data waktu tempuh ini kemudian diolah oleh mikrokontroler
menjadi data kedalaman. Dengan menggunakan ADC0804 dapat diperoleh data digital
dari amplituda sinyal.
Pengujian
dilakukan dengan cara simulasi pengukuran di dalam air terhadap bahan uji
berupa pasir, batu, dan kerikil yang diletakkan pada kedalaman mulai dari 1 cm
hingga 20 cm. Data pengujian menghasilkan kesimpulan bahwa perangkat ini mampu
melakukan pengukuran kedalaman material di dalam air dengan rata-rata simpangan
7,88%, 10,85%, dan 10,67% masing-masing untuk bahan uji batu, kerikil, dan
pasir. Untuk bahan uji yang sama, diperoleh rata-rata amplituda sinyal pantul
sebagai berikut 4,25V, 1,14V, dan 1,55V. Dari data amplituda tersebut, maka
perangkat ini mampu membedakan material dengan impedansi yang berbeda.
C. GELOMBANG MIKRO
Gelombang
mikro, karena energinya yang besar, dan kemampuan menyerap air sangat cepat,
bila mengenai suatu benda jadi “EMPUK”, maka dapat dibuat mikrowave oven untuk
membuat kue.
Gelombang
mikro juga dimanfaatkan sebagai RADAR (DETECTION AND RANGING). RADAR dapat
digunakan untuk mengukur jarak pesawat dari bandara atau juga mengukur
kedalaman laut. Jika jaman dahulu kala, laut diukur dengan batu yang diikat
tali, tetapi sekarang cukup dengan gelombang mikro kita dapat mengukur kedalam
laut.
Cara
mengukur jarak pesawat ke bandara dengan memanfaatkan gelombang mikro ; dengan
rumus GLB, S = c.t.
S = jarak pesawat
c = kecapatan GEM di udara
t = waktu yang diperlukan pulsa gel mikro saat dilepas hingga diterima kembali.
c = kecapatan GEM di udara
t = waktu yang diperlukan pulsa gel mikro saat dilepas hingga diterima kembali.
3.1. Kesimpulan
Dari kesinpulan di atas penggunaan
teknik Gema duga atau Echo Sounder atau
Echoloading untuk
mengukur kedalaman laut cara ini dianggap lebih praktis, cepat dan akurat. Namun kita tidak
dapat memperoleh informasi tentang suhu, jenis batuan dan tanda-tanda kehidupan
di dasar laut.
Apabila menggunakan konsep
kegolombang ultrasonik data kedalaman laut dan jenis material yang
membentuk dasar laut sangat diperlukan dalam eksplorasi laut. Agar dapat
ditampilkan dalam bentuk grafis oleh komputer, data-data tersebut harus
disediakan dalam bentuk digital.
Untuk itu perlu dibuat suatu perangkat yang mampu menyediakan kedua data
tersebut.
3.2. Saran
Agar lebih mudah dalam pengukuran melalaui konsep gelombang, gelombang
mikro juga dapat dimanfaatkan sebagai RADAR (DETECTION AND
RANGING). RADAR dapat digunakan untuk mengukur jarak pesawat dari bandara atau
juga mengukur kedalaman laut. Jika jaman dahulu kala, laut diukur dengan batu
yang diikat tali, tetapi sekarang cukup dengan gelombang mikro kita dapat
mengukur kedalam laut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar