Sabtu, 08 Juni 2013

7 MITOS PENGENDALIAN TEMBAKAU


7 MITOS PENGENDALIAN TEMBAKAU





Tembakau Merupakan Tanaman  Khas dan Budaya Indonesia
Tembakau merupakan tanaman tropis, namun bukan dati Indonesia melainkan dari Amerika Latin. Cournelis de Hotman membuat perkebunan tembakau di Banten tahun 1596. Dahulu kebiasan merokok memang sudah ada namun menggunakan kulit jagung yang dicampur oleh kemenyan bukan tembakau. Kebiasaan merokok dengan tembakau baru marak di akhir abad 19. Jadi jelas tembakau bukan tanaman khas Indosesia dan Merokok bukan warisan leluhur kita.

Merokok = Hak Individu
Hak individu tidak berarti sendiri, apalagi menghilangkan hak orang banyak yang universal, misalnya hak hidup dan hak atas udara yang sehat. Pengendalian tembakau berusaha untuk memperjuangkan hak tiap orang untuk menghirup udara sehat dan bersih bukan menghapus hak individu untuk merokok.

Ekonomi Hancur Jika Pengendalian Tembakau Diterapkan
Dalam peta pertembakauan dunia, Indonesia bukanlah pemain tembakau. Tahun 2007 kita hanya menghasilkan 165.000 ton atau hanya 3% produksi dunia. Produksi tembakau dikuasi China, Brazil, India dan Amerika Serikat. Dari sisi devisa, posisi tembakau menempati yang paling rendah dibanding komoditas peranaian lainnya. Industri rokok membutuhkan kurang lebih 240.0000 ton tembakau padahal petani Indonesia hanya menghasilkan 80.000  ton, sehingga industry menimpor dari Negara lain.
Publik Tidak Perlu Pengaturan
Sepintas ini terlihat normal, karena biarlah pasar yang menentukan mereka membutuhkan rokok atau tidak. Normal bila produk ini tidak memiliki keburukan bagi orang banyak. Pada saat Indonesia tidak meratifikasi konvensi FCTC tahun 2003, perusahaan  rokok asing berinvestasi besar-besaran di Indonesia karena mengetahui arah bangasa Indonesia terhadap tembakau dan ini berdampak buruk terhadap kesahatan masyarakat Indonesia.
Media Akan Rugi Bila Rokok Dikendalikan
Rokok bukanlah satu-satunya penyumbang terbesar iklan di media. Terbesar adalah iklan komunikasi dan iklan otomotif. Jadi bila perokok dikendalikan tidak akan mengurangi pemasukan media dari iklan.
Dunia Pendidikan, Olahraga dan Seni Budaya Tergantung Industri Rokok
Tidak ada pembuktian mengenai hal ini. Pala AFF di Jakarta tahun 2010 berjalan meriah tanpa seponsor rokok. Banyak perusahaan yang siap menggantikan perusahaan rokok dalam memberikan  sponsorship. Dan dilarangnya rokok dalam sponsorship boleh jadi mengingatkan pemerintah dalam menjalankan kewajibannya memajukan dunia.
Pengendalian Rokok Ditunggangi Pihak Asing
FCTC diasungkanoleh negara berkembang dan ditolak keras oleh negara yang memiliki perusahaan rokok besar seperti Amerika Serikat, Jepang dan Inggris. Dengan tidak menandatangani FCTC, Indonesia (regulasi di Indonesia) terhadap masalah tembakau tidak terlihat jelas, dan itu yang membawa indusri rokok dunia.


Sumber : A Giant Pack Of Lies, Bongkah Raksaksa Kebohongan, Menyorot Kedigdayaan Industri Rokok di Indonesia Mardiyah Chamin, Wahyu Dhymitika, Farid Gaban,dkk 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar